Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi seorang manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap dan moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku sebagai umat Tuhan, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Usia Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan moral dan keagamaan kepada terhadap. Walaupun peran orang tua sangat besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran guru PAUD juga tidak kecil dalam meletakkan dasar moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena biasanya anak usian dini cenderung menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang guru PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak usia dini agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama. Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak PAUD, maka seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik dan buruk, benar dan salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Mendidik anak PAUD dengan pendidikan moral dan agama yang baik, bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu guru PAUD harus selalu meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan moral dan agama anak PAUD.
![]() |
| sumber foto: antaranews.net |
SIKULI UNEJ - Irma Devita adalah penulis dari kisah perjuangan
Letkol Mochammad Sroedji seorang pahlawan di Kabupaten Jember, Jawa
Timur. Sroedji merupakan mantan Komandan Brigade III Divisi I Damarwulan
yang berjuang melawan Belanda dinovelkan oleh cucu almarhum,
Seperti yang diberitakan oleh antarajatim, novel tersebut berjudul Sang
Patriot yang diluncurkan pada acara bedah buku dan diskusi bertema "Dari
Jember Untuk Indonesia" yang diselenggarakan di Auditorium R. Soemitro
Radio Republik Indonesia (RRI) Jember, Kamis.
"Novel setebal 266 halaman itu berdasarkan cerita nyata perjuangan kakek saya M. Sroedji dalam rentang waktu waktu 1942 - 1949 , namun kisah nyata itu ditulis dalam bentuk fiksi, sehingga menjadi sebuah novel," kata Irma di sela-sela peluncuran bukunya.
Sroedji merupakan tentara yang berjuang di Kabupaten Jember melawan
penjajah Belanda dan pejuang tersebut wafat akibat berondongan peluru
pasukan Belanda di tahun 1949. Dalam novel itu juga menampilkan sosok
Sroedji sebagai seorang Komandan yang begitu dicintai oleh anak buahnya
dan seorang komandan yang berkharisma.
Jejak Sroedji di Jember setidaknya dapat dilihat dari monumen patung
yang berdiri di halaman kantor Pemkab Jember dan menjadi nama sebuah
perguruan tinggi swasta yakni Universitas Mochammad Sroedji.
"Saya berharap kisah tentang pahlawan Jember bisa masuk dalam muatan lokal pelajaran sejarah di kabupaten setempat karena selama saya melakukan riset dan menulis buku, kisah yang menulis Letkol Sroedji masih sedikit," tuturnya.
Kisah tentang Letkol Sroedji sangat menginspirasi bagaimana cara dia
berjuang mempertahankan RI ketika agresi militer Belanda kedua terjadi,
dan jarang sekali buku sejarah pahlawan nasional yang dikemas dalam
bentuk novel seperti "Sang Patriot".
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember Bambang Hariyono
menyambut baik usulan tentang kisah kepahlawanan Letkol Sroedji yang
dimasukkan dalam muatan lokal mata pelajaran sejarah di Jember.
"Usulan itu sangat bagus dan saya akan mendukung, namun untuk bisa masuk dalam muatan lokal mata pelajaran sejarah pada kurikulum tahun ini perlu dilakukan kajian terlebih dahulu," tuturnya.
Menurut beliau dalam pengakuannya mengatakan bahwa sejarah tentang
pahlawan Jember Letkol Sroedji masih sedikit, sehingga perlu digali lagi
agar para pelajar bisa mengetahui perjuangannya mengusir penjajahan
Belanda.(*antarajatim/sikuliunej)



